“Butuh kesabaran dan ketenangan dalam mengendalikan palang pintu perlintasan kereta api, demikian ungkap Kasim, penjaga perlintasan rel kereta api di kawasan Jagir Wonokromo. Menurut Kasim, meski sering mendengar banyak kecelakaan di perlintasan kereta api, warga masih saja nekad menerobos pintu perlintasan. Padahal, jika kecelakaan terjadi, penjaga perlintasanlah yang pertama kali disalahkan. "Karena itu, saya berharap semua pihak untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan. Jangan melupakan bahaya jika melewati perlintasan itu. Harus waspada. Kalau sudah tersambar kereta api, kalaupun selamat pasti ada luka-lukanya. Kereta kan gak tahu apa sudah menabrak kendaraan atau orang," ungkap pria asal Jombang ini.
Sebelumnya Kasim tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi seorang petugas penjaga palang pintu perlintasan kereta api, karena setelah lulus SMA ia bekerja sebagai kuli angkut. Ia menjalani pekerjaannya ini sudah 7 tahun. Waktu demi waktu dijalaninya dengan senang hati dan tidak pernah putus asa dalam bekerja.
Setelah 7 tahun lamanya ia menjadi seorang kuli angkut, ternyata rasa tidak pernah putus asa dalam bekerja pun membuahkan hasil yang nyata. Ia diangkat mejadi pegawai PT. Kereta API (Persero) tahun 2000. Menurut Kasim, selama bertugas di pintu perlintasan, ia merasa berbahagia dan dilindungi Allah karena tidak pernah melakukan kesalahan. Ia sadar bahwa tugasnya itu sangat berpengaruh besar atas keselamatan masyarakat. Ia hanya bisa berdoa semoga kejadian itu tidak terjadi padanya.
10 tahun ia bekerja di PT. Kereta Api (Persero) , ia mengakui mengalami banyak kendala yang dihadapi para penjaga perlintasan. Pertama, kesulitan menghentikan laju kendaraan yang lewat, padahal palang sudah dipasang dan bel peringatan pun telah berbunyi. Kedua, jika jalanan ramai dan kereta api akan melewati perlintasan ia harus mengkondisikan dirinya untuk tenang dan konsentrasi serta harus berkoordinasi dengan Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) agar kereta yang akan berangkat bisa di tunda beberapa saat hingga kondisi di palang pintu perlintasan kereta api bisa dikendalikan. PPKA itu sendiri adalah petugas yang mengatur perjalanan kereta api dalam suatu wilayah kerja tertentu. Meski demikian, Kasim tetap bersemangat melakukan pekerjaan yang dilakoninya.
"Saya hanya bisa mengimbau kepada PT. Kereta Api (Persero) untuk terus menerus memperhatikan masalah keselamatan ini. Terutama sinyal di perlintasan. Selain itu, jika terjadi kecelakaan, tidak hanya masinis atau petugas perlintasan kereta api yang selalu disalahkan. Para pengguna jalan pun diharapkan tetap waspada ketika akan melewati perlintasan," ujar pria yang bertubuh kekar ini.
Dibandingkan dengan dahulu, pegawai PT. Kereta Api (Persero) mengalami peningkatan terutama pada tunjungan-tunjangan yang sangat bermanfaat bagi pegawai itu sendiri dan keluarganya. Selain itu, setiap 6 bulan sekali PT. Kereta Api (Persero) juga mengadakan pelatihan bagi pegawai untuk meningkatkan kemampuannya.
Untuk saat ini, kasim merasa senang karena pemerintah telah mempergunakan alat yang sedikit canggih untuk mengetahui kedatangan kereta api. Yaitu menggunakan alat gentanik, alat pendeteksi kedatangan kereta yang ada di gardu perlintasan. Selain itu ada jadwal pemberangkatan kereta api yang dijadikan acuan apabila alat komunikasi dengan PPKA dan sirine mengalami ganguan.
Dahulu, kereta api dikenal sebagai alat transportasi yang murah, nyaman dan aman. Namun, serangkaian peristiwa kecelakaan kereta api disejumlah daerah membuktikan kereta api tidak lagi menjamin keamanan maksimal bagi para penggunanya. Fakta ini tentu saja harus dicari jalan keluarnya agar kecelakaan tidak terulang lagi.
“Saya berharap PT. Kerepa Api (Persero), lebih meningkatkan fasilitas yang ada di kereta api, meningkatkan perawatan serta perbaikan terhadap kereta api itu sendiri, alat-alat pendukung perjalan kereta serta palang lintasan kereta api itu sendiri, ” ungkap pria berusia 42 tahun ini.
Nama : RYAN VAI RUSSOFIANI
Smst : III-EXT
NPM : 09.31.3480
Tidak ada komentar:
Posting Komentar